STOP Berpikir Bahwa Anak Kedokteran Itu Istimewa!

Kira-kira seperti itulah pembicaraan yang sering lakukan bersama orang-orang asing yang sekedar mendambakan mengajak ngobrol di bandara, di terminal atau di area tunggu.

Sekali, dua kali pertama mengalami pembicaraan seperti ini saya masih sanggup menanggapi bersama senyum manis.

 Tapi, sehabis sekitar 20 kali (dalam kurun pas 6 th. sejak saya lulus menjadi  dokter), pembicaraan macam ini selamanya terulang dan terulang lagi.

Saya sudah hampir tidak sanggup kembali menempatkan senyum di bibir sebab makin lama lama makin lama membosankan dan menjengkelkan.

Saya hampir selamanya sanggup menebak bersama tepat apa pertanyaan selanjutnya yang dapat disampaikan. Ingin rasanya saya merekam jawaban-jawaban saya dan memutarnya apabila ada orang yang bertanya pertanyaan yang itu-itu lagi.

 Saya lumayan percaya rekan-rekan sesama  dokter terhitung mengalami hal serupa. Yang lebih menjengkelkan, seringkali pembicaraan ini tidak hanya kita dapatkan bersama orang asing, namun lebih-lebih ditanyakan oleh keluarga kita sendiri.

Mungkin hal-hal seperti ini yang membuat kita seringkali mendapat cap sombong berasal dari orang lain sebab kita seakan-akan tidak tertarik untuk berbicara bersama orang lain.

Setelah merenungkan dan menganalisa lebih lanjut mengapa pembicaraan serupa ini selamanya terulang terus, saya menyimpulkan bahwa hal ini disebabkan sebab kurangnya pemahaman masyarakat mengenai jenjang pendidikan  dokter umum Joki kti kedokteran.

Oleh sebab itu, demi kebaikan bersama, saya dapat jelaskan apa-apa saja yang harus kami, para dokter umum, lalui untuk mendapatkan gelar dokter kita dan sanggup berpraktek sendiri. Saya dapat mengusahakan menjelaskannya sesederhana mungkin.

Pertama, yang harus diketahui sebagai prinsip awal adalah bahwa  dokter umum tidak serupa berasal dari dokter gigi.  Dokter umum dan dokter gigi sudah mengambil alih dua jurusan yang tidak serupa sejak berasal dari awal kuliah. Kami lebih-lebih tidak berada di fakultas yang sama. Pendidikan dokter umum berada di bawah Fakultas Kedokteran pas pendidikan dokter gigi berada di bawah Fakultas Kedokteran Gigi.  Dokter gigi bukanlah dokter umum yang mengambil alih spesialis gigi.

Dokter umum mempunyai spesialisasinya sendiri dan  dokter gigi pun demikian. Pemahaman dokter umum seputar gigi sanggup dikatakan hampir serupa bersama masyarakat awam, demikian pula sebaliknya. Dokter umum atau dokter spesialis biasa menyebut dirinya “dokter”, pas dokter gigi atau dokter gigi spesialis menyebut dirinya “dokter gigi”. Jadi, apabila ada  dokter menjawab bahwa “Saya adalah dokter,” sebaiknya Anda tidak harus bertanya kembali apakah dokter umum atau dokter gigi.

Kedua, saya dapat mengatakan sistem pendidikan di Fakultas Kedokteran. Sebelumnya, saya dapat menceritakan sedikit mengenai diri saya. Saya mengawali kuliah kedokteran saya th. 2005, lulus dokter th. 2010, namun saya belum sanggup berpraktek independen sebab saya masih harus meniti 1 th. jaman internship.

Tahun 2011 saya lulus internship dan saya sudah sanggup berpraktek mandiri. Tahun 2005 sanggup dikatakan sebagai angkatan peralihan berasal dari sistem pendidikan  dokter yang lama menjadi sistem berbasis kompetensi. Oleh sebab itu, saya dapat membagi penjelasan ini menjadi dua bagian, jaman sebelum akan angkatan saya dan jaman sehabis angkatan saya, untuk memudahkan.

Sebelum angkatan saya, jenjang pendidikan  dokter adalah sebagai berikut: kita dapat meniti jaman perkuliahan teori sepanjang 4 tahun, sehabis lulus kita dapat diwisuda, lulus bersama gelar S.Ked dengan sebutan lain Sarjana Kedokteran, mendapatkan ijazah sarjana. Gelar ini sanggup dijadikan referensi kerja di bidang medis yang tidak melibatkan pasien di dalamnya, apabila medical representative di perusahan farmasi. Gelar ini tidak sanggup digunakan untuk berpraktek sendiri dan kita pun belum berhak menyebut diri kita sebagai dokter.

Setelah mendapat gelar ini, kita sanggup melanjutkan ke jenjang pendidikan profesi sepanjang 2 th. atau yang lebih dikenal oleh masyarakat awam sebagai co-ass. Selama 2 th. ini, perkuliahan teori sudah amat minimal, pendidikan lebih mengarah pada pemahaman praktis bersama langsung berhadapan bersama pasien.

Dalam sistem ini pun kita belum berhak menyebut diri kita sebagai  dokter meskipun kala kita di RS kita diinginkan melayani pasien bersama standar seorang  dokter, kita belum berhak mengambil alih ketentuan medis sendiri, segala yang kita lakukan harus dikonsultasikan dahulu bersama senior kami. Di beberapa kampus kata “co-ass” diganti bersama “dokter muda/DM”.

Istilah inilah yang seringkali menjadi kebingungan bagi masyarakat.  Dokter muda sanggup artinya co-ass (alias belum dokter) atau dokter umum yang sudah lulus namun masih berusia muda. Bila Anda mendapatkan makna ini, silahkan mengkonfirmasi bersama pihak yang bersangkutan.

Setelah merampungkan pendidikan profesi ini, kita disumpah menjadi seorang dokter dan kita pun formal menyandang gelar dokter (dr.) dan gelar S.Ked yang di awalnya tertera di belakang nama kita dihilangkan. Setelah mendapatkan ijazah  dokter kami, kita harus melapor ke Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR) kami. STR inilah yang sesudah itu menjadi referensi kita apabila kita mendambakan berpraktek di suatu tempat. Semua  dokter yang sudah mempunyai STR berhak berpraktek mandiri, menjadi pegawai kontrak atau PTT atau apapun. STR harus diperbaharui tiap tiap 5 th. apabila yang bersangkutan masih mendambakan berpraktek sebagai dokter.

STR inilah yang sering disalahartikan oleh masyarakat sebagai SIP (Surat Ijin Praktek). STR tidak serupa bersama SIP. SIP dibuat sehabis seorang dokter mendapatkan tempat untuk berpraktek. Untuk membuat SIP, dokter harus menyertakan STR.

Pada jaman sehabis angkatan saya, pendidikan  dokter diubah menjadi sistem berbasis kompetensi sebagai berikut: perkuliahan teori 3,5 tahun, lulus diwisuda bersama gelar S. Ked., lalu melanjutkan pendidikan profesi atau co-ass sepanjang 1,5 tahun, lulus dan disumpah bersama gelar dokter. Selanjutnya di sinilah perbedaannya, pada poin ini kita hanya mendapatkan STR pas atau STR internship, artinya kita hanya boleh berpraktek sebagai  dokter internship, tidak boleh berpraktek mandiri/ atau bekerja di insitusi lain tidak cuman didalam program internship.

 Dokter internship adalah dokter magang, keterangan lebih jelasnya silahkan bertanya pada menteri kesehatan, sebab saya sendiri kurang mengetahui bersama sistem yang absurd ini. Kami harus meniti program internship sepanjang 1 th. di suatu tempat (proses penentuan tempat pun berganti-ganti tiap tahun). Setelah kita selesai meniti program ini barulah kita sanggup mendapatkan STR kita yang sesungguhnya, yang sanggup kita manfaatkan untuk berpraktek mandiri.

Sebelum angkatan saya, program PTT (Pegawai Tidak Tetap) merupakan program harus berasal dari pemerintah, rentang waktunya berganti-ganti sesuai bersama kebijakan menteri kesegaran yang menjabat pada pas itu. Sesudah angkatan saya, program PTT sudah tidak diwajibkan lagi, namun tidak dihilangkan. Artinya tiap tiap  dokter berhak mendaftar atau melamar untuk bekerja sebagai  dokter PTT.

 Dokter yang tidak PTT bebas bekerja di mana pun terhitung berpraktek spesial lebih-lebih boleh langsung mendaftar untuk pendidikan spesialis. Jadi bagi saudara-saudara yang masih bertanya soal kewajiban PTT, tolong langsung move on, program PTT sudah tidak harus bagi dokter sepanjang lebih berasal dari 10 tahun. Untuk mendaftar di program PTT ini, dokter pelamar harus menyertakan STR sebagai tidak benar satu syaratnya. Artinya hanya seseorang yang sudah lulus dokter dan teregistrasi yang sanggup menjadi dokter PTT.

Info terbaru, program PTT sudah ditiadakan dan diganti bersama program Nusantara Sehat.

Demikian penjelasan berasal dari saya, semoga sanggup mencerahkan sahabat-sahabat Hipwee sekalian. Sekali-sekali tanyalah kepada kita mengenai hal-hal menarik berasal dari profesi atau bahagia duka kita menjadi  dokter, daripada hanya bertanya pertanyaan yang mainstream dan membosankan.

Kami sebetulnya serupa bersama kalian. Sama-sama bertanggung jawab di bidang masing-masing, lalu mengemban amanah berasal dari orang tua dan juga jaman depan diri sendiri. Please, jangan berasumsi kita ini istimewa, sebab kita mendambakan diperlakukan sewajarnya.